PAK, BACAKAN UNTUKKU YA
PAK, BACAKAN UNTUKKU YA……
Pada suatu malam Budi,
seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan
berkas-berkas pekerjaan kantor yang dia bawa pulang ke rumah,
karena keesokan harinya ada rapat umum yang
sangat penting dengan para pemegang saham.
Ketika sedang asyik menyeleksi dokumen kantor
tersebut, Putrinya Jessica datang
mendekati, berdiri tepat di sampingnya,
sambil memegang buku cerita baru.
Buku itu bergambar seorang peri kecil yang
*imut*, sangat menarik perhatian Jessica,
"Pa, liat!" Jessica berusaha menarik
perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca
matanya. Kalimat yang keluar hanyalah
kalimat basa-basi
"Wah, buku baru ya, Jes?" "Ya, Papa" Jessica berseri-seri karena
merasa ada tanggapan dari ayahnya. " *Bacain*
Jessi *dong*, Pa," pinta Jessica lembut.
"Wah Papa sedang sibuk sekali, jangan
sekarang *deh*," sanggah Budi dengan cepat.
Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada
kertas-kertas yang berserakkan di depannya. Jessica bengong. Tapi ia belum menyerah. Dengan
suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "Pa,
Mama bilang, Papa mau baca untuk Jessi."
Budi mulai agak kesal, "Jes, Papa sibuk,
sekarang Jessi suruh Mama baca ya?" "Pa,
Mama *cibuk* terus. Nih, Papa *liat* gambarnya, lucu-lucu." "Lain kali Jessica. Sana! Papa lagi banyak
kerjaan!" Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada
lembar-lembar kertas tadi.
Menit demi menit berlalu, Jessica menarik napas
panjang dan tetap di situ,berdiri di tempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia
mulai lagi.
"Pa..., gambarnya bagus. Papa pasti
suka..."
"Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!"
Budi membentaknya dengan keras.
Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil
terkulai, hampir menangis, matanya
berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya. "Iya, Pa. Lain kali ya,
Pa?" Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh
lembut tangan ayahnya, ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.
"Pa, kalau Papa ada waktu,
Papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa
*denger*...."
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua
pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, Buku
cerita Peri *imut*, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga
suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk..!!"
Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa
Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabok yang
melajukan kendaraannya dengan kencang di depan rumah Budi. Tubuh
Jessica mungil terentak beberapa meter. Dalam
keadaan yang begitu panik, ambulance didatangkan secepatnya,. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil
sempat berkata dengan begitu lirih "Jessi
takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang Papa-Mama." Darah
segar terus keluar dari mulutnya
hingga ia tidak tertolong lagi ketika
sesampainya di rumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati
nurani Budi. Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah
janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan
sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak dia penuhi. Masih
segar terbayang dalam ingatan Budi tangan mungil anaknya yang memohon
kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat
berarti sekali, "...Papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica
bisa dengar..." Kata-kata Jessi itu mengiang kembali.
Sore itu setelah segalanya berlalu, yang tersisa
hanya keheningan dan kesunyian hati. Canda
dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi. Budi mulai membuka buku cerita peri *imut* yang
diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya
sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah
usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar
halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil.
Budi menguatkan hati, dengan mata yang
berkaca-kaca ia membuka halaman pertama
dan membacanya dengan sura keras.
Tampak sekali ia berusaha membacanya dengan
keras.Ia terus membacanya dengan keras-keras,
halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi,
dengar Papa baca ya..." Selang
beberapa kata, hatinya memohon lagi
"Jessi, Papa mohon ampun, Nak.Papa sayang
Jessi.." Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk
hatinya. Tak kuasa menahan sakit itu, Budi bersujud dan
menangis..., memohon satu kesempatan lagi
untuk belajar mencintai.
Komentar
Posting Komentar